Kerinduan Allah mengumpulkan Anak-anak-Nya

Kerinduan Allah mengumpulkan Anak-anak-Nya; Ef 6:10-20, Luk 13:31-35 21 (Renungan Hari Pangan Sedunia, 30 Oktober 2014)

 

NewImage

Pepatah Jawa mengatakan,” mangan ora mangan asal kumpul” artinya: “Biarpun tidak makan asal berkumpul”. Ini tidak berarti bahwa makanan itu tidak perlu! Maknanya yang lebih diutamakan adalah persaudaraan, kesatuan, kerukunan dan suasana kasih. Makanan menjadi sarana untuk membangun kebersamaan itu menjadikan kebersamaan menjadi lebih bermakna.

Hal ini senada dengan kerinduan Allah untuk menyatukan kita semua dengan gambaran “seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya”. Kesatuan yang didambakan Allah ini tidak akan terbentuk kalau kita tidak peduli, bahkan kalau kita saling menolak orang-orang yang diberikan Allah kepada kita (= orang yang diutus kepadamu), yakni orang kecil. Kalau Allah menginginkan kita berkumpul sebagai satu kawanan, semoga kita pun di Hari Pangan Sedunia ini mempunyai sikap hati yang sama untuk membuka diri terhadap kebutuhan orang-orang yang lapar sehingga merekapun merasakan kasih dan uluran persahabatan dari orang-orang yang beruntung. Pangan menjadi sarana bagi kita untuk membangun persaudaraan dan menjadikan kasih persaudaraan itu menjadi lebih bermakna dalam semangat solidaritas dan kasih. 

Pertanyaan reflektif: 

Apakah aku sering memperhatikan dan merangkul orang-orang yang kesusahan dan kelaparan, sehingga mereka merasakan kasih Allah dan merasa diterima sebagai saudara? 

Doa: 

Tuhan jadikan aku kepanjangan tangan Kasih-Mu untuk menjadi saudara bagi mereka yang kurang beruntung hidupnya, sehingga merekapun merasakan cinta yang tulus dari-Mu dan merasakan kesatuan dan persaudaraan yang sejati sebagaimana yang Engkau kehendaki. Amin. (RP Huberto Hartono, MSF)

Saksi Tuhan

Saksi Tuhan; Ef 2:19-22, Luk 6:12-19; Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul (Renungan Hari Pangan Sedunia, 28 Oktober 2014)

 

Saksi Tuhan - Agonizo Nexus

Di antara sekian banyak orang, Yesus memilih rasul-Nya hanya dua belas. Mereka adalah lingkaran pertama Tuhan Yesus. Ada misi khusus terhadap kelompok dua belas ini, men-sharing-kan karya penyelamatan Allah.

Dua belas memang punya makna, namun penginjil Lukas memberitahukan bahwa pemilihan dua belas rasul itu didahului dengan doa semalaman, di tempat yang sunyi pula. Yesus membutuhkan pencerahan dari Bapa-Nya agar pilihan-Nya sesuai dengan kehendak Bapa di surga. Sebab, hal itu amat menentukan dalam hidup Yesus. Pastinya, mereka akan melanjutkan karya penyelamatan Allah itu pada saatnya.

Dua belas rasul bersama-sama Yesus selama kurun waktu tiga tahun. Mereka mendengarkan kotbah-kotbah dan pengajaran serta menyaksikan karya-karya penyembuhan Tuhan Yesus. Dan selanjutnya mereka adalah saksi-saksi kebaikan Tuhan itu.

Apa itu saksi? Saksi adalah orang yang menyaksikan dan mengalami sendiri. Saksi kebaikan Tuhan adalah orang yang menyaksikan dan mengalami kebaikan Allah di dalam hidupnya. Hari ini kita merayakan dua saksi Kristus yang amat dekat, St. Simon dan St. Yudas sampai darah mereka tertumpah. Mereka wafat demi cintanya pada Yesus yang mereka alami. Dan mereka adalah fondasi iman yang kita yakini saat ini.

Dua inspirasi yang bisa kita hayati hari ini: pertama, ketika kita mau mengambil keputusan yang mahapenting, sertakanlah Tuhan di dalam doa. Bahkan, kita ambil waktu doa semalam-malaman seperti Yesus lakukan. Kedua, kita semua diutus untuk mewartakan kebaikan-kebaikan Tuhan. Oleh karenanya, tidak bisa tidak pertama-tama kita harus mengalami Tuhan sendiri di dalam hidup. Berawal dari kebiasaan untuk merenungkan Sabda Tuhan, lalu merenungkan kehidupan yang kita jalani lewat keluarga,  perjumpaan banyak orang, pekerjaan dan lain-lain. Seperti doa St. Ignatius dari Loyola semoga kita menemukan Tuhan di dalam segala. Berawal dari kasih Tuhan yang melimpah kepada kita, kita pun menjadi saksi meneruskan kelimpahan itu kepada mereka yang membutuhkan, yang miskin papa, yang lapar dan menderita.

Pertanyaan reflektif:

Apakah aku sungguh-sungguh berdoa dan menjadi saksi kebaikan Tuhan hari ini? Kalau belum, mengapa harus ditunda?

Doa:

Ya Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk berdoa dengan segenap jiwa, hati dan raga, terlebih saat-saat mahapenting di dalam hidupku. Tanpa bimbinganMu jalanku sesat adanya, tanpa tuntunan-Mu langkahku terasa goyah, tanpa tangan kasih-Mu, tak tentu arah yang kutuju. Tuhan, jadikanlah aku saksi kebaikan-kebaikan kasih-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin. (RD B Hardijantan Dermawan)

Kencan Dengan Tuhan

Kencan Dengan Tuhan
Rabu, 22 Oktober 2014
 
Membuat Jejak Kakinya menjadi Jalan Kita - Agonizo Nexus 
 
Bacaan: Mazmur 85:14
"Membuat jejak kakinya menjadi jalan kita."
 
Renungan:
  Dongeng anak-anak tentang "Si Katak dan Pangeran yang tampan" mengisahlan tentang seorang pangeran yang melakukan kesalahan, sehingga ia harus menerima kutuk. Kutuk tersebut akan berakhir jika ia berjumpa dengan seorang putri yang mencintainya, maka ia pun akan berubah kembali menjadi pangeran yang tampan. Dongeng ini menanamkan kebenaran bahwa kutuk akan menjadikan kita menjadi "si buruk rupa." Hanya kasih sejati yang dapat membebaskan kita dari segala kutuk. 
  Mungkin saat ini kita sedang berada dalam keadaan hidup yang berantakan, bergelimang dosa dan lumpuh di hadapan Tuhan. Percayalah, kasih setia Tuhan sanggup untuk mengubahkan kehidupan kita menjadi mutiara dan harta kesayanganNya. Tuhan hanya meminta kita membuka hati bagi kasihNya dan membawa jalan kehidupan kita berpijak pada jejak-jejak kaki Tuhan, seperti bacaan di atas. Artinya, Tuhan lah yang berjalan di depan kita, menjadi pemimpin sejati dalam kehidupan kita. Banyak kali kita berjalan mendahului Tuhan, kita meninggalkan Tuhan jauh di belakang garis kehidupan kita. Itu sebabnya betapa kacaunya kehidupan kita. 
  Marilah sekarang kita kita menjadikan Tuhan Pemandu hidup kita. Berjalanlah setapak demi setapak bersama dengan Tuhan. Sehingga ketika kita telah berjalan cukup jauh meninggalkan garis start, kita akan menyadari betapa indahnya berjalan beriring dengan Tuhan. Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita tetap mau menjadi katak atau berubah menjadi pangeran yang tampan? Tuhan memberkati.
 
Doa:
Yesus, kuserahkan seluruh kehidupanku ke dalam tangan kasihMu. Ubahlah hidupku seturut kehendakMu. Biarlah mulai saat ini aku menjadikan jejak kakiMu sebagai jalanku, sehingga aku tidak salah melangkah dalam hidup ini. Yesus, Engkaulah andalanku. Amin. (Dod).

Setia dan Bijaksana

Setia dan Bijaksana; Ef.3:2-12 , Luk 12:39-48, (Renungan Hari Pangan Sedunia, 22 Oktober 2014)

 

Setia dan Bijaksana - Agnizo Nexus

Dunia sekitar kita saat ini adalah dunia yang dipenuhi dengan banyak penderitaan, khususnya mereka yang belum mampu memenuhi kebutuhan primernya yaitu makan. Mereka ini menderita kelaparan karena perang, bencana alam, dan kemiskinan absolut. Keprihatinan inilah yang juga akhirnya mengundang perhatian FAO (badan dunia untuk urusan pangan dan pertanian) dalam mencetuskan Hari Pangan Sedunia. Keprihatinan itu didasarkan atas kondisi di lapangan bahwa tidak tersedianya pangan yang cukup bagi lebih dari satu milyar manusia, yang sebagian besari dijumpai di Asia Pasifik.  Hak atas pangan adalah hak azasi manusia. Namun hak ini kerap diabaikan karena orang tidak peduli kepada sesamanya yang menderita dan berkekurangan. Karena itu membangun sikap bijaksana atas penggunaan pangan menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Kedaulatan pangan atas semua penduduk di bumi menjadi sebuah keharusan yang hendaknya menjadi kesadaran bersama.

Injil hari ini sangat jelas pesannya. Para murid diminta untuk senantiasa setia dan bijaksana. Menjadi setia dan bijaksana itu ibarat perumpamaan tuan rumah dan pencuri yang datang sewaktu-waktu. Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Yesus berfirman: “Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat  yang tidak kamu sangkakan. “Menjadi murid yang baik artinya menjadi murid yang setia dan sekaligus bijaksana. Tampaknya Yesus sangat menghargai mereka yang setia dan bijaksana ini, terlihat dari perumpamaan yang tegas-tegas mengatakan bahwa pengurus rumah yang setia dan bijaksana itu akhirnya akan diangkat menjadi pengawas harta benda pemilik rumah. Sedang mereka yang kurang setia dan bijaksana akan menderita dan menerima “banyak pukulan”.  Perumpamaan ini tampaknya sangat hitam putih sifatnya. Namun ada pesan moral mendalam yang mau dikatakan: hendaklah kita senantiasa menjadi bijaksana dengan terus berjaga-jaga, mempersiapkan segala sesuatunya dengan peduli kepada orang  lain.

Inspirasi Injil hari ini mengajak kita untuk peduli kepada orang lain dengan mengembangkan sikap bijaksana dan setia dalam hal pangan. Sejauh mana aku memang sungguh bijaksana dalam memperlakukan pangan dengan makan secukupnya dan tidak berlebihan? Dengan peduli kepada orang lain?

Pertanyaan reflektif:

  • Paus Fransiskus pernah menyinggung adanya kebiasaan buruk membuang makanan. Paus Fransiskus mengatakan membuang makanan berarti juga merampas hak makan orang miskin. Sudahkah aku membiasakan diri untuk tidak membuang makanan?
  • Menjadi setia dan bijaksana berarti membangun semangat kepedulian kepada mereka yang membutuhkan, khususnya kepada mereka yang miskin dan berkekurangan. Sudahkah aku peduli kepada mereka yang kelaparan?

Doa:

Ya Tuhan ajarlah aku untuk semakin bijaksana dan peduli dalam memperlakukan pangan sebaik-baiknya. Semoga dengan kebijaksanaan itu semakin banyak orang kelaparan terbantu dan bisa menikmati pangan. Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin. (RD H. Sridanto Aribowo)

Berjaga-jagalah!

Berjaga-jagalah! Ef.2:12-22 ; Luk.12:35-38, (Renungan Hari Pangan Sedunia, 21 Oktober 2014)

 

Berjaga-jagalah - Agonizo Nexus

Tampaknya  dunia kita sehari-hari ini disuguhi dengan begitu banyak kekerasan dan penderitaan. Perang, bencana alam, tindak kejahatan dan masalah-masalah sosial lainnya kerapkali membawa manusia pada penderitaan. Penderitaan yang sangat mudah ditemui disekitar kita adalah kelaparan. Bahkan penderitaan ini menjadi sangat umum ditemui di kawasan Asia Pasifik. Kondisi kelaparan adalah kondisi tidak tersedianya dan memadainya kecukupan pangan untuk hidup manusia di bumi.

Bacaan Injil hari sangat jelas pesannya. Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah seperti para hamba yang berjaga menantikan tuannya yang sedang menghadiri pesta perkawinan. Berjaga-jaga menantikan kehadiran Tuhan dengan senantiasa berbuat baik adalah salah satu keutamaan murid Kristus. Dalam perumpamaan sangat jelas, mereka yang terlebih dahulu siap dan mau berjaga-jaga akan senantiasa mendapat tempat dalam pesta perkawinan (Kerajaan Allah). Berjaga-jaga di sini mempunyai arti bersiap-siap sekaligus waspada dan peduli kepada orang lain.

Dikaitkan dengan hari pangan sedunia pesan Injil macam apa yang bisa kita ambil? Berjaga-jaga mempunyai makna bersiap-siap, waspada, sekaligus peduli kepada orang lain. Pesan hari pangan sedunia  jelas, yaitu kita dihimbau untuk semakin mengupayakan kedaulatan atas pangan yaitu ketersediaan pangan yang cukup bagi semua penduduk, khususnya di daerah rawan pangan.

Pertanyaan reflektif:

Yang bisa kita renungkan adalah sejauh mana para pemangku kepentingan, baik itu produsen, konsumen, dan pelaku distribusi peduli kepada upaya kedaulatan pangan untuk semua warga? Sejauh mana mereka juga ikut “berjaga-jaga” dalam mengupayakan pangan untuk semua?

Doa:

Ya Allah Bapa yang penuh kasih, ajarlah kami untuk senantiasa “berjaga-jaga” dengan peduli kepada sesama. Khususnya sesama yang menderita dan masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangannya. Semoga inspirasi Injil hari ini menginspirasikan kami untuk senantiasa peduli dan berbuat untuk mereka yang lapar dan membutuhkan bantuan kami. Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin. (RD H. Sridanto Aribowo)

Gerakan Peduli Lingkungan Hidup "Green Movement"

Gerakan Peduli Lingkungan Hidup - Green Movement

Gerakan Peduli Lingkungan Hidup - Green Movement

Hallo Orang Muda Katolik Gereja St. Andreas, kita kali ini bikin acara tentang sosialisasi atau kampanye untuk melestarikan lingkungan hidup.

Kenapa kita perlu melakukan sosialisasi ini?

Kita hidup di sebuah lingkungan yang sebenarnya hidup dan juga bisa menjadi usang karena kita kurang perhatian dengan lingkungan tempat kita tinggal. Mungkin kalian pernah coba masuk ke dalam sebuah gudang, dimana tidak ada yang tinggal di dalamnya. Maka akan seperti itulah lingkungan yang tidak hidup dan tidak diperhatikan dengan lebih bijaksana.

Kegiatan ini lebih mengakrabkan antara orang tua dengan orang muda dimana kebersamaan antara orang tua dan orang muda akan memberikan sinergi yang sangat baik untuk kehidupan berlingkungan. Karena pada akhirnya nanti orang muda yang saat ini muda, akan menjadi tua dan semakin awal mengenal lingkungan dengan baik, maka akan timbul kebiasaan yang baik untuk menjaga lingkungan hidup menjadi lebih awal.

Foto di atas adalah surat himbauan sehingga bisa memberikan informasi yang lebih mudah untuk diikuti dan jika ada pertanyaan yang berhubungan dengan informasi di atas, kalian bisa tanyakan langsung ke ketua lingkungan orang tua kalian yah!! Selamat melayani. Salam Agonizo Nexus!!

Aksi dan kontemplasi

PW SP Maria, Ratu Rosari

Gal 1:13-24, Luk 10:38-42:

Aksi dan kontemplasi 

Aksi dan Kontemplasi - Agonizo Nexus

“Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.” (Luk 10:39-40)

Sebagaimana kebiasaan yang sering dilakukan Yesus, hari itupun Ia mengadakan perjalanan bersama para murid-Nya, lalu sampailah di suatu kampung tempat dimana Marta dan Maria tinggal. Tentu pada saat itu Yesus sudah dikenal, bahkan termashur dan dinantikan kehadiran-Nya diantara rakyat kecil. Marta dan Maria pun tidak ingin membiarkan peristiwa emas lawatan Yesus di kampungnya berlalu begitu saja. Maka dengan senang hati mereka menerima kehadiran Yesus di rumah mereka, karena itulah peristiwa lawatan Yesus, yang dinantikan oleh Mata dan Maria.

Marta dan Maria sebenarnya memiliki kerinduan yang sama untuk menyambut kehadiran Yesus, tetapi masing-masing membawa cara dan keunikannya sendiri. Cara menyambut kehadiran Yesus yang dilakukan Marta adalah dengan aktif: melayani, menjamu Yesus dengan para murid yang saat itu tentu amat lelah, haus dan lapar setelah berjalan melewati kampung-kampung. Sedangkan cara pelayanan yang dilakukan Marta ini sangat tepat pada peristiwa itu. Maria mengambil cara kontemplatif: dengan duduk, mendekat dan mendengarkan perkataan Yesus.

Kedua sikap yang dilakukan Marta dan Maria amat baik. Sebelumnya Marta mengira bahwa caranya menyambut kehadiran Yesus adalah yang terbaik daripada sikap Maria. Yesus menegur Marta bukan karena Marta sibuk melayani, tetapi karena Marta telah membuat penghakiman atas Maria: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”padahal menurut Yesus tidaklah demikian: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”(Luk. 10:40-42). Sikap kedua wanita itu menggambarkan dua dimensi pertemuan manusia dengan Yesus, yaitu segi aksi dan kontemplasi.

Demikianlah juga hidup kita, selalu diwarnai oleh kesibukan karya keseharian dan sekaligus perlunya menimba kekuatan dari keheningang doa. Ora et Labora! Keseimbangan antara karya dan doa, antara dimensi Marta dan Maria merupakan dua segi hidup kita untuk berjumpa dengan Yesus yang hadir dan melintasi  dalam hidup kita. Ketika berat sebelah, misalnya: mementingkan karya semata tanpa kontemplasi, maka karya kita sehari-hari hanya menjadi rangkaian kesibukan yang tanpa makna, kering dan mudah kehilangan api kehidupan. Cepat marah, mudah putus asa, cepat menyerah dan mudah berhenti berjuang! Demikian juga, jika kita hanya mengandalkan kontemplasi saja dan bermalas-malasan, kita telah mencobai Tuhan!

Kapan kiranya Yesus melintas dalam kehidupan kita? Atas cara bagaimana Yesus melawati hidup kita? Yesus melintas dalam peristiwa hidup kita, melalui kehadiran seseorang, atau orang banyak yang sedang membutuhkan pertolongan kita: mereka yang sakit, mereka yang miskin-serba kekurangan, terlebih dalam diri orang-orang yang menderita karena kekurangan bahan pangan, yang saat ini banyak dijumpai di belahan dunia ini. Di situlah aksi nyata, campur tangan kita dibutuhkan! Disitulah saat kita sedang duduk di kaki Yesus dan mendengarkan sabda-Nya yang menjadi sumber mata air dan mengalir ke dalam pelayanan-pelayanan kita.

 Pertanyaan reflektif:

Ketika kita sedang berkarya, apakah kita sungguh melayani sesama? Saat kita sedang berdoa, apakah sungguh kita sedang duduk mendengarkan Yesus?

 Doa:

Ya Tuhan Yesus, ajarilah kami hidup dalam keseimbangan antara karya dan doa, agar kami semakin dekat dengan sesama dan semakin erat menyatu dengan-Mu. (RP Leo Sugiyono,MSC)

Menolong dengan ikhlas

Gal 1: 6-12, Luk 10: 25-37

 

Menolong dengan ikhlas

Menolong dengan Iklas - Agonizo Nexus

 

“… dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan,” (Luk 10:33) 

 

Kisah berikut ini terjadi pada waktu yang lampau di Israel. Suatu hari, ketika pegawai-pegawai pemerintah sedang menata kembali sebuah lumbung, mereka menemukan sebuah lubang tikus di satu sudut. Lalu mereka menggunakan asap untuk memaksa tikus-tikus untuk keluar dari dalam lubang itu. Sesaat kemudian mereka melihat tikus-tikus itu berlarian keluar. Kemudian, setiap orang berpikir bahwa semua tikus telah berlari keluar. Tapi, baru saja mereka mulai membersihkan, mereka melihat ada dua ekor tikus saling berdesakan untuk keluar dari mulut lubang. Setelah berusaha keras, akhirnya kedua tikus tersebut berhasil keluar. Anehnya, setelah keluar dari lubang, mereka tidak segera berlari menjauh. Melainkan, tikus yang satu mengejar yang lainnya di dekat mulut lubang. Tampaknya salah satu tikus sedang mencoba menggigit ekor tikus yang lainnya.

 

Semua orang menjadi bingung, mereka maju lebih dekat lagi untuk melihat. Mereka pun menyadari bahwa salah satu tikus itu ternyata buta, dan tikus yang satu berusaha membiarkan tikus yang buta menggigit ekornya agar ia bisa menarik tikus yang buta itu untuk mengikutinya melarikan diri. Setelah menyaksikan apa yang terjadi, semua orang menjadi terdiam dan terbengong-bengong. Pada waktu makan, sekelompok orang itu duduk dalam lingkaran dan mulai membicarakan apa yang terjadi pada kedua ekor tikus itu. Seorang pegawai Romawi yang serius berkata: “Saya pikir, hubungan antara kedua tikus itu adalah hubungan antara raja dan menteri.” Yang lainnya merenung sejenak dan berkata, “Itulah sebabnya!” Merasa pendapatnya diterima, pegawai Romawi itu memperlihatkan keangkuhannya secara berlebihan.

 

Seorang Israel yang cerdas berkata:”Saya pikir, hubungan antara kedua tikus itu adalah hubungan suami istri.” Sekali lagi, yang lainnya merenung sejenak, dan semua merasakan bahwa hal itu masuk akal dan mereka menyetujuinya. Hal itu membuat air muka orang Israel tampak puas. Seorang Tionghoa yang terbiasa dengan tradisi yang kuat untuk berbakti kepada orangtua berkata: “Menurut saya, hubungan antara kedua tikus itu adalah hubungan ibu dan anak.” Sekali lagi semua merenung sejenak. Mereka merasakan bahwa hal tersebut lebih masuk akal. Jadi, mereka menyetujui pendapat itu sepenuhnya. Karenanya, dengan pandai orang Tionghoa itu memperlihatkan muka yang rendah hati.

 

Pada saat itu, ada seorang Samaria yang lugu sedang berjongkok di atas lantai dengan kedua telapak tangan yang menopang dagu, dengan bingung ia melihat pada semua orang, dan bertanya; ”Mengapa kedua tikus itu harus mempunyai hubungan tertentu?” Tiba-tiba, suasana menjadi beku. Dengan terkejut, kelompok tersebut melihat pada orang Samaria dan terdiam tanpa suara. Pegawai Romawi, orang Israel, dan orang Tionghoa yang tadinya berbicara menundukkan kepala mereka dengan malu, dan tidak berani memberi tanggapan.

 

Para saudari saudara yang terkasih, Yesus menegaskan dalam bacaan hari ini, hanya orang yang mempunyai kasih yang berhak akan Kerajaan Allah. Kasih yang bagaimana? Kasih yang tulus dan tak membeda-bedakan. MENOLONG. Titik. seperti sikap orang Samaria dalam Injil hari ini. Ia MENOLONG dengan ikhlas dan total. Seperti juga pertanyaan orang Samaria dalam kisah diatas, yang bertanya,” Mengapa kedua tikus itu harus mempunyai hubungan tertentu?”

 

Sesungguhnya, cinta sejati tidak berdasarkan atas keuntungan, persahabatan, atau hubungan darah, melainkan atas dasar ketiadaan hubungan. Yang penting menolong dengan ikhlas dan total bagi siapa saja. Amin

 

 Pertanyaan reflektif:

 

Beranilah kita menolong siapa saja dengan ikhlas?

 

 Doa:

 

Tuhan, pertolongan-Mu kepada kami tak berkesudahan. Pertolongan-Mu kepada siapapun dan dalam situasi apapun kepada kami. Ajarilah kami memiliki hati seperti hati yang Kau miliki. Amin. (RD Romanus Heri Santoso)